BAB 3
KONSEP IBD DALAM KESUSASTRAAN
3.1 Pendekatan Kesusastraan
a. Pengertian Sastra dan Seni
Pengertian Sastra
Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sansekerta yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar sas yang berarti instruksi atauajaran. Dalam bahasa indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada kesusastraan atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
Menurut kamus besar bahasa indonesia (2008) arti kata sastra adalah karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain. Memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Karya sastra berarti karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sastra memberikan wawasan yang umum tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual dengan caranya yang khas. Pembaca sastra dimungkinkan untuk menginterprestasikan teks sastra sesuai dengan wawasannya sendiri.
Pengertian Sastra
Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sansekerta yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar sas yang berarti instruksi atauajaran. Dalam bahasa indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada kesusastraan atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
Menurut kamus besar bahasa indonesia (2008) arti kata sastra adalah karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain. Memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Karya sastra berarti karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sastra memberikan wawasan yang umum tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual dengan caranya yang khas. Pembaca sastra dimungkinkan untuk menginterprestasikan teks sastra sesuai dengan wawasannya sendiri.
Pengertian Seni
Seni pada mulanya adalah
proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi
dari kreativitas manusia. Seni juga
dapat diartikan dengan sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur
keindahan.
Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga
sulit dinilai. Bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri
peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan
bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu.
b. Peranan Sastra
sastra
adalah semua bentuk ekspresi dengan bahasa sebagai basisnya wilayah sastra jadi
merebak, merengkuh daerah yang sangat luas. Ke dalamnya sudah tercakup sastra
lisan maupun tulisan.
c. Hubungan
Sastra Seni dengan Ilmu Budaya Dasar
Hubungan
sastra dan seni dengan ilmu budaya dasar yaitu sastra adalah seni yang di
gunakan sebagai salah satu alat untuk membahas masalah-masalah kemanusiaan dan
kebudayaan sebagaimana tujuan dari ilmu budaya dasar.Dalam ilmu budaya dasar
sastra tidak di ajarkan sebagai salah satu disiplin ilmu.Sastra disini di
gunakan sebagai alat untuk membahas masalah-masalah kemanusiaan yang dapat
membantu mahasiswa untuk lebih humanis atau manusiawi.
3.2 IBD yang dihubungkan dengan prosa
a. Pengertian Prosa
Kata prosa berasal dari bahasa latin “prosa” yang
artinya “terus terang”. Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk
mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk
surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media
lainnya.
Prosa ialah karya sastra dalam bentuk bahasa yang terurai tidak terikat
oleh rima, ritma, jumlah baris dan sebagainya, bisa juga diartikan suatu jenis
tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih
besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya atau bisa juga
diartikan sebagai hasil karya sastra lisan dan tulisan yang panjang, baik yang
berbentuk cerita ataupun bukan cerita.
Prosa biasanya dibagi menjadi empat jenis:
- Prosa naratif
- Prosa deskriptif
- Prosa eksposisi
- Prosa argumentatif
b. Jenis-jenis prosa
3. Cerpen
http://coretan-mahasiswa12.blogspot.com/2012/03/kreativitas-penyair-dalam-membangun.html
http://www.kumpulan-puisi.com/poetry-detail.php?id=164
Prosa juga dibagi dalam dua bagian yaitu prosa lama dan prosa baru. Prosa
lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat
sedangkan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.
A. Prosa Lama
Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari
sastra atau kebudayaan barat. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul
disampaikan secara lisan, disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan.
Setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke indonesia, masyarakat menjadi akrab
dengan tulisan, bentuk tulisan pun mulai banyak dikenal. Sejak itulah sastra
tulisan mulai dikenal dan sejak itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam
rentetan sastra indonesia mulai ada. Adapun bentuk-bentuk sastra prosa lama
adalah :
1. Hikayat
Hikayat, berasal dari India dan Arab, berisikan cerita kehidupan para
dewi, peri, pangeran, putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan
gaib. Kesaktian dan kekuatan luar biasa yang dimiliki seseorang, yang
diceritakan dalam hikayat kadang tidak masuk akal. Namun dalam hikayat banyak
mengambil tokoh-tokoh dalam sejarah. Contoh : Hikayat Hang Tuah, Kabayan,
si Pitung, Hikayat si Miskin, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Panji Semirang,
Hikayat Raja Budiman.
2. Sejarah
Sejarah (tambo), adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya
diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah
bisa dibuktikan dengan fakta. Selain berisikan peristiwa sejarah, juga
berisikan silsilah raja-raja. Sejarah yang berisikan silsilah raja ini ditulis
oleh para sastrawan masyarakat lama. Contoh : Sejarah Melayu karya datuk
Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang yang ditulis tahun 1612.
3. Kisah
Kisah, adalah cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang
dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh : Kisah Perjalanan Abdullah ke
Negeri Kelantan, Kisah Abdullah ke Jedah.
4. Dongeng
Dongeng, adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Dongeng sendiri banyak
ragamnya, yaitu sebagai berikut :
- Fabel, adalah cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral (biasa pula disebut sebagai cerita binatang). Contoh : Kancil dengan Buaya, Kancil dengan Harimau, Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan Lembu, Burung Gagak dan Serigala, Burung bangau dengan Ketam, Siput dan Burung Centawi, dan lain-lain.
- Mite (mitos), adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda atau hal yang dipercayai mempunyai kekuatan gaib. Contoh : Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng tentang Gerhana, Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau Jadi-Jadian, Puntianak, Kelambai, dan lain-lain.
- Legenda, adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau wilayah. Contoh : Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dan lain-lain.
- Sage, adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang. Contoh : Calon Arang, Ciung Wanara, Airlangga, Panji, Smaradahana, dan lain-lain.
- Parabel, adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan menggunakan ibarat atau perbandingan. Contoh : Kisah Para Nabi, Hikayat Bayan Budiman, Bhagawagita, dan lain-lain.
- Dongeng jenaka, adalah cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas atau cerdik dan masing-masing dilukiskan secara humor.
5. Cerita Berbingkai
Cerita berbingkai, adalah cerita yang didalamnya terdapat cerita lagi
yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh : Seribu Satu Malam
B. Prosa baru
Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh
sastra atau budaya Barat. Bentuk-bentuk prosa baru adalah sebagai berikut:
1. Roman
Roman adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya
dengan segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan
mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia.
Roman mengungkap adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail
dan menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman
terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut.
Berdasarkan kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain
sebagai berikut:
- Roman transendensi, yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang mengandung pandangan hidup yang dapat dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda oleh Adinegoro.
- Roman sosial adalah roman yang memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat. Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan. Contoh: Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia oleh Adinegoro.
- Roman sejarah yaitu roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja oleh Nur St. Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul Muis.
- Roman psikologis yaitu roman yang lebih menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari segala tindak dan perilaku tokoh utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh Armijn Pane.
- Roman detektif merupakan roman yang isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi pelaku utamanya seorang agen polisi yang tugasnya membongkar berbagai kasus kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh Suman HS, Percobaan Seria oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS.
2. Novel
Novel berasal dari Italia. yaitu novella yang
berarti ‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian
kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang mengandung
konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perobahan nasib
pelaku. lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel
lebih pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria
oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh
Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.
3. Cerpen
Cerpen adalah bentuk prosa baru yang menceritakam sebagian kecil dari
kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh
ada konflik atau pertikaian, akan telapi hat itu tidak menyebabkan perubahan
nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh
Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo,
Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.
4. Riwayat
Riwayat (biografi), adalah suatu karangan prosa yang berisi
pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga
pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai
meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.I Habibie, Ki Hajar
Dewantara.
5. Kritik
Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil
karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria
tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.
6. Resensi
Resensi adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku,
film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya
tersebut dari ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll,
sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya
tersebut dibaca atau dinikmati.
7. Esai
Esai adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu
berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup,
tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik,
pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat
sangat subjektif atau sangat pribadi.
c. 5 Komponen Dalam Prosa Lama
- Dongeng-dongeng
- Hikayat
- Sejarah
- Epos
- Cerita pelipur lara
d. 5 Komponen Dalam Prosa Baru
- Cerita pendek
- Roman/ novel
- Biografi
- Kisah
- Otobiografi
3.3 Nilai-nilai dalam prosa fiksi
Sebagai seni
yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau karya sastra (prosa fiksi)
langsung membawakan moral, pesan atau cerita. Dengan perkataan lain prosa
mempunyai nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra. Adapun nilai-nilai
yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain :
1.Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan
kesenangan yang diperoleh daei membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan
pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa itu peristiwa atau
kejadian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk
mengenal daerah atau tempat yang asing , yang belm dikunjunginya atau yang tak
mungkin dikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh
yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya
untuk mencapai sukses.
2. Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi
memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi. Dalam
novel sering kita dapat belajar sesuatu yang lebih daripada sejarah atau
laporan jurnalistik tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan
juga kehidupan yang akan datang atau kehidupan yang asing sama sekali.
3. Prosa fiksi memberikan warisan kultural
Prosa fiksi
dapat menstimuli imaginasi, dam merupakan sarana bagi pemindahan yang tak
henti-henti dari warisan budaya bangsa.
4. Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa
fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman
dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk
memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat
berbeda daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sehari.
Karya Sastra
Karya sastra dikenal dalam dua bentuk yaitu fiksi dan nonfiksi. Bentuk karya sastra fiksi adalah prosa, puisi, dan drama. Sedangkan contoh bentuk karya sastra nonfiksi adalah biografi, autobiografi, esai, dan kritik sastra. Menurut Suroto, roman terbentuk atas pengembangan seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut.
Contoh:
SI CACAT
Kembali ia berjalan tertatih. Menyeret separuh bagian tubuhnya dengan
terpaksa. Ia merayap, memelas kepada hampir semua orang yang berlalu-lalang di
sekitar jalan protocol ini. Perawakannya kumuh, amat kucel. Tak betahlah mata
ini memandangnya berlama-lama. Dengan melasnya ia memita belas kasih dari orang
yang lewat. Setengah memaksa, ia meminta beberapa nilai uang dari orang-orang
sekitar. Tak tega benar jika melihatnya bertingkah seperti itu. Sungguh
memancing rasa empati tiap individu di sekitarnya.
Keadaan kota kian gelap. Mentari perlahan meringkuh ke peristirahatannya
sementara waktu. Keelokan langit sore tergambar indah pada cakrawala barat.
Induk burung beterbangan menuju sarangnya, berharap buah hatinya puas akan
mekanan yang telah dibawanya. Hiruk pikuk kota makin padat. Tiap insan berlomba
untuk segera tiba di rumah dan menikmati ketenangan mandi dengan air hangat. Di
sisi lain jalan protocol yang kian padat ini, tepat di pinggir jalan ini, sosok
yang telah seharian memelas dan menyeret separuh tubuhnya itu mengambil duduk
sejenak. Ia tersenyum puas. Bibir sumbing yang siang tadi ia tunjukan, tak
tampak lagi. Perlahan ia mengambil sikap siap, dan berdiri sempurna. Sangat
kontras dengan keadaan tubuhnya siang tadi. Ia melangkah normal, tak menyeret
tubuhnya lagi. Dengan bangga ia menghitung jumlah uang yang ia dapatkan. “Dasar
orang-orang bodoh! Mudah sekali untuk mengelabuhi mereka. Dengan begini aku
akan kaya! Kaya…. Ya KAYA!!! Hahahahahaha…..!!!!” tawanya lepas. Penuh dengan
ketamakan dalam dirinya.
“Wah, Bang banyak banget tuh fulusnya. Ngobyek dimana nih?”
“Wah, Bang banyak banget tuh fulusnya. Ngobyek dimana nih?”
“Eh ya iya lah, siapa dulu, Gue gitu!!! Hahaha!!” jawab Si Cacat sombong.
“Makanye lu lu pade mesti pake otak kalo ngobyek. Jangan Cuma asal
minta-minta. Acting dikit kek. Pasang tampang melas gitu!! Pasti dah, bakal
kasian liat muka lu pade. Bila perlu nih ye, air comberan elu siram ke badan
lu!!! Makin bau, makin jelek, makin banyak duit!!!! Hahahahaha”, tutur panjang
lebar Si Cacat, berlagak profesional dalam menipu.
“Bocah, dengerin gue ye… hidup entu cuman buat dapetin duit inget baik-baik, Cuma buat duit. Kagak lebih dari itu!!! Paham???”
“Paham, Bang!!!” jawab bocah-bocah jalanan hampir serentak.
“Bocah, dengerin gue ye… hidup entu cuman buat dapetin duit inget baik-baik, Cuma buat duit. Kagak lebih dari itu!!! Paham???”
“Paham, Bang!!!” jawab bocah-bocah jalanan hampir serentak.
Kehidupan jalanan memang terasa berbeda. Siapa yang kuat, dia ang berkuasa.
Sangat persis dengan hukum rimba yang sering kita dengar dalam cerita-cerita
fabel. Dan kini, Si Cacat bak dia atas angin. Ia menjadi seorang makelar
dadakan di daerahnya. Semua karena uang haram yang ia dapatkan, bukan yang
lain.
Seperti kecanduan, Si Cacat terus melakuakan penipuan dengan menjatuhkan harga
dirinya. Kembali ia merayap, meronta, berharap belas kasih dari individu yang
tengah berlalu-lalang di sekitar jalan protocol tempat ia mangkal. Serasa semua
sudah habis hati untuk berempati kepadanya, kian hari makin kecil pula
pendapatanya. Suatu ketika ia mulai geram. Saat mentari sudah makin membubung
tinggi, tak satu keping uangpun masuk ke dalam gelasnya. Lewat satu orang,
berbelas kasih dengan Rp200,00. Tak terima, ia berteriak “Dasar pelit Lu!!!”.
“Awas Lu ya, gue sumpain lu jadi kere tau rasa Lu!!!” geramnya dalam hati.
Merasa tempat ia mangkal kurang strategis, ia pindah ke sisi lain jalan
protocol yang sama. Tentunya dengan harapan mendapat pemasukan lebih. Pucuk
dicita, ulam pun tiba. Bak ditimpa durian montong, selembar uang berwarna biru
bertuliskan nominal Rp50.0000,00 masuk kealam gelasnya. Senang bukan kepalang
Si Cacat. Tak pernah ia menerima uang sebesar itu. Bahkan penghasilan
tertingginya pun, tak mencapai angka Rp50.0000,00. Ia berterima kasih kepada
dermawan itu. Tentunya masih dengan gaya sumbingnya. Dimulai dari bagian bawah
tubuh Sang Derma, berlanjut ke tengah hingga ke atas. Betapa terkejutnya Si
Cacat. Sang Derma merupakan peyandang cacat. Ia berdiri dengan dibantu sebilah
tongkat. Rambutnya telah beruban pula. Dengan senyum penuh keramahan, Sang
Derma menyapa Si Cacat. “Semoga ini cukup untuk makan,” ujarnya singkat dan
berlalu. Langkahnya tertatih. Namun raut wajahnya gambarkan ketegaran. Bak
ditimpali rasa malu yang tiada habis, Si Cacat menangis. Ia terdiam. Lidahnya
terasa kelu. Badannya gemetar. Per
lahan ia berdiri. Ia lepas perban-perban palsu di kakinya. Ia hapus noda-noda gambaran yang menyerupai borok di badannya. Air mukanya tampak geram, marah, malu. Marah akan dirinya sendiri. Geram akan segala ketamakannya. Malu akan sikap bodoh yang telah ia lakukan. Ia menangis. Ia menyesal. Dilihatnya seorang bocah perempuan kecil yang tengah mengamen. Dipanggilnya bocah itu. “Dek, ini buat kamu. Sekarang kamu pulang gih!!” ujar Si Cacat bijak. Ia menyerahkan selembaran Rp50.000,00 kebanggaannya beberapa menit yang lalu. “Aku bukanlah lagi Si Cacat bodoh. Aku tidak cacat. Sama sekali tidak. Harga diriku masih jauh lebih baik daripada ini semua,” tekad Si Cacat dalam hati, tulus. “Tuhan, maafkan semua kebodohanku dan ketamakanku ini. Sungguh aku telah sesat dibuatnya. Astaghfirullaha’adziim….. astaghfirullahal’aziim…. Astaghfirulahal’adziim…” sesal Si Cacat. Ia melangkah pergi meninggalkan markas besarnya. Langkahnya gontai. Airmata pun tak henti temani langkah demi langkah yang ia jejaki. Si Cacat telah jera. Ia telah lenyap dari muka bumi ini.
lahan ia berdiri. Ia lepas perban-perban palsu di kakinya. Ia hapus noda-noda gambaran yang menyerupai borok di badannya. Air mukanya tampak geram, marah, malu. Marah akan dirinya sendiri. Geram akan segala ketamakannya. Malu akan sikap bodoh yang telah ia lakukan. Ia menangis. Ia menyesal. Dilihatnya seorang bocah perempuan kecil yang tengah mengamen. Dipanggilnya bocah itu. “Dek, ini buat kamu. Sekarang kamu pulang gih!!” ujar Si Cacat bijak. Ia menyerahkan selembaran Rp50.000,00 kebanggaannya beberapa menit yang lalu. “Aku bukanlah lagi Si Cacat bodoh. Aku tidak cacat. Sama sekali tidak. Harga diriku masih jauh lebih baik daripada ini semua,” tekad Si Cacat dalam hati, tulus. “Tuhan, maafkan semua kebodohanku dan ketamakanku ini. Sungguh aku telah sesat dibuatnya. Astaghfirullaha’adziim….. astaghfirullahal’aziim…. Astaghfirulahal’adziim…” sesal Si Cacat. Ia melangkah pergi meninggalkan markas besarnya. Langkahnya gontai. Airmata pun tak henti temani langkah demi langkah yang ia jejaki. Si Cacat telah jera. Ia telah lenyap dari muka bumi ini.
Cerita diatas menceritakan tokoh utama yang berpura-pura cacat. Demi
mendapatkan uang yang tidak seberapa dia rela mengesampingkan harga dirinya
untuk berpura-pura cacat dan menipu orang-orang supaya merasa iba ketika
melihatnya. Dari sikapnya dia termasuk orang yang pemalas (dalam hal ini malas
berusaha untuk memperbaiki kehidupannya dengan bekerja yang lebih baik daripada
menipu) dan tidak dapat bersyukur atas apa yang telah Allah SWT berikan yaitu
berupa kelengkapan jasmaninya, dia bahkan sempat menyumpahi orang yang
memberinya uang sebesar Rp. 200,-, padahal pemberian seseorang bukan dinilai
dari jumlahnya, tapi dinilai dari keikhlasannya, lebih baik memberi sedikit
tapi ikhlas daripada memberi banyak tapi hatinya tidak ikhlas.
Sifat tokoh utama cerita diatas sangat bertolak belakang dengan tokoh cacat
(sang penderma) yang muncul diakhir cerita. Walaupun tubuhnya benar-benar cacat
dan sudah tua tapi tokoh tersebut tidak memanfaatkan kekurangan jasmaninya
untuk mengemis atau menipu orang lain. Dia menjalani hidupnya dengan tegar,
tebukti dari jumlah uang yang ia berikan kepada tokoh utama. Sifat penderma ini
memberikan kita gambaran bahwa orang yang memiliki kekurangan jasmani pun dapat
menjalani hidup layaknya orang normal lainnya dan memiliki harga diri lebih
baik daripada orang normal yang pekerjaannya hanya menipu untuk mendapatkan
harta dunia.
Bukankah tangan di atas jauh lebih baik dari tangan di bawah?
“Setiap orang mampu membohongi orang lain dengan segala kepura-puraannya…… Namun, tiada satupun orang yang mampu membohongi hati nuraninya”
“Setiap orang mampu membohongi orang lain dengan segala kepura-puraannya…… Namun, tiada satupun orang yang mampu membohongi hati nuraninya”
3.4 IBD yang dihubungkan dengan puisi
a. Pengertian puisi
Puisi adalah ungkapan perasaan atau pikiran penyairnya yang dirangkai menjadi suatu bentuk tulisan yang mengandung makna.
Puisi Juga bisa diartikan sebagai sebuah imajinasi kata yang didapat dari sebuah pengalaman atau dari sebuah gagasan, dan disusun menggunakan pilihan kata atau bahasa yang berirama dan mengutamakan kualitas estetikanya.
b. kreativitas penyair dalam membangun puisinya
1. Figura bahasa (figurative language) seperti gaya
personifikasi, metafora, perbandingan, alegori, dsb sehinggga puisi menjadi
segar, hidup menarik dan memberi kejelasan gambaran angan.
2. Kata-kata yang ambiquitas yaitu kata-kata yang bermakna
ganda, banyak tafsir.
3. Kata-kata yang berjiwa yaitu kata-kata yang sudah
diberi suasana tertentu, berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga
terasa hidup dan memukau.
4. Kata-kata yang konotatif yaitu kata-kata yang sudah
diberi tambahan nilai-nilai rasa dan asosiasi- asosiasi tertentu.
5. pengulangan, yang berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan sehingga lebih menggugah hati.
Alasan-alasan yang mendasarri penyajian puisi dalam IBD :
1. Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia
2. Puisi dan Keinsyafan/ kesadaran individual
3. Puisi keinsyafan sosial
Contoh Puisi :
AKU
Pengarang : Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Karya_Sastra
http://www.kumpulan-puisi.com/poetry-detail.php?id=164