Sabtu, 04 Juni 2016

Analisis Jurnal ITSM

Jurnal-I

Analisa Jurnal  : Perancangan Confoguration Management Database Perusahaan Untuk     Meningkatkan Kinerja Layanan Teknologi Informasi PT. Northstar Pasific Capital

Pendahuluan
            Penelitian mengenai CMDB telah dilakukan di berbagai negara-negara termasuk Indonesia diantaranya :
  1. Sharifi yang membahas implentasi CMDB berbasis ITIL di suatu organisasi untuk meminimalkan jurang-jurang kualitas. Dengan menggunakan metode IT Service Management dengan model uji/hitung/ukur yang meliputi S.Q.G dan CMDB.
  2. Gupta membahas tentang otomatisasi ITSM incident management process.  Dengan menggunakan metode configuration Management Database dengan uji/hitug/ukur meliputi efisiensi hubungan antara configuration items.
  3. Hochstein yang membahas tentang ITIL sebagai “Common Practice Reference Model” untuk IT service Management yang meliputi “formal Assaessment” dan implikasinya dalam cara praktis. Dengan menggunakan metode Information Technology Infrastructure Libary.
  4. Nabiollahi yang membahas tentang strategi layanan di dalam ITIL V3 sebagai framework untuk framework untuk IT Governance. Dengan menggunakan metode ITIL Servic Strategy, dan lain-lain.

         Dapat di simpulkan bahwa setiap penelitian dari peneliti-peneliti diatas membahas tentang perkembangan teknologi terhadap penerapan CMDB (Configuration Management Database) yang berbasis ITIL. Yang dilakukan peneliti diatas dengan metode yang berbeda-beda untung mencapai tujuan tertentu yang dapat memajukan atau mengembangkat IT.
        Pada jurnal yang saya analisis ini, penelitiannya melakukan perancangan configuration management database pada PT. Northstar PASIFIC Capital dimana tujuannya adalah agar tercipta tata kelola layanan teknologi informasi yang baik khususnya pada Configuration Management database sebagai reseptory yang mencatat segala hal dari organisasi yang berhubungan dengan TI agar dapat memberikan layanan optimal bagi para pengguna.


Landasan Teori

Framework

Framework untuk tata kelola teknologi informasi yang terbanyak digunaakan saat ini adalah ISO 2700, ITIL dan COBIT. Kriteria framework yang tepat untuk PT. Northstar Pasific Capital adalah :
a.       Framework harus merupakan best practice yang telah diakui secara luas.
b.       Framework tersebut harus dapat memetakan manajemen layanan
c.        Harus mengatur Konsep dan proses
d.       Berorientasi pada aktifitas
e.        Memiliki proses dokumentasi konfigurasi mulai dari baseline hingga pengkiniannya.
f.        Memiliki proses menghubungkan entitas satu dengan yang lainnya.

Configuration Management Database (CMDB)

Merupakan Suatu penerapan database yang berisi data-data relevan dan detail-detail dari element-element dari suatu perusahaan yang digunakan dalam mengatur IT Service. Menurut OGC, definisi CMDB adalah sebuah basis data yang digunakan untuk merekam seluruh siklus. Configuration Management System
mengelola satu atau lebih CMDB dan masing masing CMDB menyimpan atribut-atribut configuration items serta hubungannya dengan CI lainnya.

Configuration Items (CI)

CI adalah representasi dari entitas yang ada didalam CMDB. Menurut O’Donnel, CI adalah sebuah software model berisi atribut-atribut dari entitas-entitas yang diwakilinya.

Identifikasi Konfigurasi

Berdasarkan OGC, beberapa hal yang penting ketika merencanakan identifikasi dari konfigurasi adalah :
a.       Mendefinisikan bagaimana class dan tipe asset (informasi-informasi, seperti layanan TI, hardware, software, gedung, orang, dokumen), configuration item/CI yang perlu dipilih dan diklasifikasikan.
b.       Mendefinisikan pendekatan untuk mengidentifikasi. Penamaan dan pelabelan yang unik dari setiap aset atau komponen layanan.
c.        Mendefinisikan tugas dan tanggung jawab dari pihak yang mengelola konfigurasi.

Dengan melakukan identifikasi dari konfigurasi maka diharapkan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari pengelolaan CMDB.

Rancangan Penelitian

Best practice dapat di jadikan titik acuan pada perkembang TI. Yang paling efektif best practice harus diterapkan dalam konteks bisnis, dengan framework yang dapat digunakan untuk memberikan keuntungan pda organisasi. Manfaat best praactice :
  • Meningkatkan respon, kualitas dan keandalan solusi dan layanan TI.
  • Meningkatkan keterjangkauan, prediktabilitas dan pengulangan hasil bisnis yang sukses.
  •  Memperoleh kepercayaan dan meningkatkan keterlibatan pemilik proses bisnis dan pengguna.
  • Mengurangi resiko, insiden dan kegagalan.
  • Meningkatkan kemampuan bisnis untuk memantau realisasi manfaat TI

Pada tahap discovery dilakukan pengumpulan atribut-atribut dari CI. Discovery memiliki metode yaitu network scan dan windows domain scan. Untuk memilih piranti discovery adalah dengan melakukan query terhadap atribut-atribut CI. Piranti terintigrasi memiliki hubungan yang terkait dengan aplikasi-aplikasi yang terikat dengan CMDB seperti incident management dan change management.
Tahap selanjutnya yaitu pemetaan keterhubungan, digunakan untuk dapat mengetahui pengaruh dari setiap konfigurasi ke konfigurasi lain maupun ke layanan. Tahap yang selanjutnya, meninjau antara layanan dan CI yang telah dilakukan pada tahap awal yang menjelaskan tentang pemetaan dari bisnis proses yang dimiliki oleh PT. Northstar Pasific Capital.


Hasil Penelitian
Hasil penelitian untuk perancangan menggunakan metode survei dengan cara menyebarkan kuesioner. Variabel yang diukur dalam kuesioner ini adalah :
1.       Persepsi terhadap prosedur-prosedur pada tahapan perancangan CMDB (X)
2.       Persepsi terhadap peningkatan kinerja layanan TI di PT.Nourtstar Pasific Capital (Y).
Dalam penelian kuesioner yang kedua digunakan metode chi-square dengan melakukan uji hipotesis. Hipotesisnya yaitu “ada hubungan positif dan signifikan antara CMDB desain prosedure dengan kinerja TI peningkatan pelayanan di PT. Northstar Pasific Capital” yang dilakukan dengan metode Product Moment Pearson. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan rumus korelasi adalah 00,37. Hal ini ada hubungan positif antara prosedur desain CMDB dengan peningkatan kinerja dalam teknologi informasi layanan PT. Northstar Pasific Capital. Dalam korelasi signifikan dihasikan t sebesar 2,24, Dengan nilai t tabel pada 2,04. Maka dapat dinyatakan bahwa korelasi antara prosedur desain CMDB dan peningkatan kinerja di bidang teknologi informasi layanan di PT. Northstar Pasific Capital adalah signifikan.

Kesimpulan

Kesimpulan yang di dapatkan pada penelitian ini terdapat persepsi mengenai hubungan yang positif dan signifikan antara prosedur perancangan CMDB dengan peningkatan kinerja layanan TI, sehingga dapat menjadi langkah awal menuju implementasi CMDB di PT. Northstar Pasific Capital.


Nama          : Eva Dwi Permatasari
Kelas           : 2KA12
NPM           : 13114677
Sumber        : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=139354&val=5701


Jurnal-II

 Judul : Audit Pengelolaan Layanan Tek. Inf. berdasarkan ITIL pada IT Marketing dan Trading PT. Pertamina
   
   Pada jaman sekarang ini Teknologi Informasi (IT) sangat dibutuhkan pada sebagian besar organisasi ataupun perusahaan. Maka, layanan TI ini menjadi faktor penting untuk penggunanya khususnya harapan dan kepuasan pengguna layanan ini. Oleh karena ini diperlkan pengelolaan layanan TI yang baik yang disebut Information Technology Service Management (ITSM).

    Salah satu BUMN yang menggunakan layanan ini adalah PT. Pertamina, yang bergerak dalam bidang penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia dan manca negara. Dalam upaya membangun pengelolaan IT yang berorientasi pada layanan dan terintegrasi, maka PT. Pertamina melakukan perubahan dalam pengelolaan ICT (Information and Communication Technology) menjadi sebuah konsep CSS (Corporate Shared Service). Dengan dibentuknya CSS, diharapkan dapat memberikan layanan terbaik bagi pelanggan PT. Pertamina.

    Hasil survey tersebut menunjukkan bahwa kualitas pengelolaan layanan TI yang dilakukan sudah cukup memadai, namun diperlukan upaya antisipasi untuk mencegah terjadinya kondisi yang lebih buruk melalui tindakan perbaikan agar kesenjangan layanan yang terjadi lebih rendah. Untuk mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya kesenjangan layanan antara kenyataan dengan harapay pengguna layanan IT di PT. Pertamina, maka dibutuhkan audit pengelolaan layanan IT berdasarkan salah satu Best Practice ITSM, yaitu Information Technology Infrastructure Library (ITIL).

Audit adalah pemeriksaan sistematis terhadap catatan-catatan dengan melibatkan analisa, pengujian bukti, dan konfirmasi.

METODE PENELITIAN
----------------------------------
# Tahap Perencanaan Audit
   1. Penilaian Resiko Audit
        Pada proses ini dilakukan dengan menentukan kategori tingkat kesenjangan dari 20 layanan CSS yang terdapat di dalam laporan hasil survey. Semakin tinggi nilai kesenjangan layanan, maka semakin besar tingkat resiko dan intensitas pemeriksaan yang harus dilakukan oleh auditor.
   2. Penentuan Ruang Lingkup Audit
     Dengan cara memilih layanan yang hanya terdapat di area kerja IT PT.Pertamina. Layanan-layanan tersebut dibagi menjadi beberapa layanan, yaitu layanan berbasis ERP / Non ERP dan layanan teknologi informasi.
   3. Penyusunan Rencana Kerja Audit
     Rencana kerja ini berupa jadwal kerja yang berisi uraian kegiatan serta estimasi waktu yang diperlukan selama pelaksanaan audit. Mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, hingga tahap pelaporan.
   4. Perancangan Program Audit
     Program ini dirancang dan dikembangkan secara fleksibel berdasarkan pemetaan layanan - layanan TI PT.Pertamina terhadap ruang lingkup ITIL Service Operation.

# Tahap Pelaksanaan Audit
   1. Pemeriksaan Data / Bukti Pendukung Audit
         Dilakukan dengan cara mengkaji ulang prosedur yang terkait dengan pengelolaan layanan serta melakukan interview, observasi, dan wawancara kepada pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan aktivitas.
   2. Pengawasan Data / Bukti Pendukung Audit
    Melaporkan hasil pemeriksaan kepada auditor senior. Hal ini bertujuan agar dilakukan pemeriksaan ulang terkait kelengkapan, obyektivotas, dan waktu dari data/bukti pendukung audit.

# Tahap Pelaporan Audit
Selanjutnya menyusun laporan audit pengelolaan layanan TI sebagai bentuk pertanggungjawaban atas penugasan audit yang telah dilaksanakan. Ini bertujuan untuk menghilangkan ketidaktepatan pengungkapan temuan selama proses pemeriksaan dan membentuk kesepahaman opine antara auditor dengan auditee.

HASIL DAN PEMBAHASAN
-----------------------------------------
# Tahap Perencanaan Audit
   1. Penilaian Resiko Audit
         Dilakukan dengan melakukan survey kepada pihak IT PT. Pertamina Marketing Operation. Dari hasil survei yang telah dilakukan, diperoleh laporab akhir hasil survey layanan CSS mengenai kualitas layanan diberbagai unit kerja dan anak perusahaan PT. Pertamina.
   2. Penentuan Ruang Lingkup Audit
        Hasil dari proses penentuan ruang lingkup audit berupa 9 layanan yang terdapat di area kerja PT. Pertamina.
   3. Penyusunan Rencana Kerja Audit
         Hasil dari proses ini adalah tabel rencana kerja audit yang berisi informasi kegiatan audit dan estimasi waktu yang diperlukan selama kegiatan audit berlangsung.
   4. Perancangan Program Audit
         Berdasarkan hasil pada tahap penentuan ruang lingkup audit yaitu 9 layanan yang menjadi obyek audit pada sebelumnya, dipetakan berdasarkan ruang lingkup ITIL Service Operation yang relevan untuk menghasilkan rancangan program audit pengelolaan layanan teknologi informasi.

# Tahap Pelaksanaan Audit
   1. Pemeriksaan Data / Bukti Pendukung Audit
     Hasil dari proses pemeriksaan dara pendukung audit adalah bukti-bukti audit yang telah didapatkan dari pihak auditee berupa dokumen kebijakan/prosedur, catatan review/laporan analisa baik dalam bentuk file/softcopy.
   2. Pengawasan Data / Bukti Pendukung Audit
         Pengawasan dilakukan oleh auditor senior dengan melakukan pemeriksaan ulang terhadap hasil pemeriksaan data.bukti pendukung audit yang telah dilakukan oleh auditor. Pemeriksaan ulang bertujuan untuk mengidentifikasi dan memastikan kelengkapan bukti sebelum dilakukan penyusunan temuan.


# Tahap Pelaporan Audit
Laporan audit berisi temuan dan rekomendasi perbaikan terkait pengelolaan layanan TI berdasarkan ruang lingkup ITIL Service Operation.

Jadi kesimpulannya, dari hasil audit pengelolaan layanan teknolohi informasi yang telah dilakukan, kebijakan atau prosedur terkait proses pengelolaan layanan TI PT. Pertamina telah tersedia, terdokumentasi dan terkelola dengan baik. Dan pelaksanaan audit belum dapat mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya kesenjangan layanan. Diharapkan untuk pengembangan selanjutkan dapat dilakukan pengkajian ulang terhadap kinerja pengelolaan layanan TI.





    Oleh : Alfiyani Nikmaturrofiqoh

Jurnal III


Analisa Jurnal           : Peranan Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Pengendalian Intern Aktivitas Pembelian Bahan Baku Guna Mencapai Penyerahan Bahan Baku yang Tepat Waktu

Pendahuluan

Menurut Hansen dan Mowen (2005:477), “Manufaktur JIT (just in time) adalah suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan yang membutuhkan barang untuk ditarik melalui sistem oleh permintaan yang ada, bukan didorong ke dalam sistem pada waktu tertentu berdasarkan permintaan ssyang diantisipasi.”
Dengan sistem JIT, bahan baku dapat tiba tepat waktu ketika dibutuhkan sehingga produksi dapat berjalan lancar, dan permintaan pembelian dapat dipenuhi. Pembelian JIT (JIT purchasing) memberikan syarat  para pemasok untuk mengirimkan bahan baku tepat pada waktunya untuk kelancaran proses produksi. Sistem JIT antar departemen di dalam perusahaan dapat tercapai dengan baik apabila terdapat suatu sistem pengendalian yang efektif. Sistem adalah unsur yang saling terkait dalam suatu antar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan. Pengendalian terencana dari suatu aktivitas adalah  suatu karakteristik dasar dari industri yang sudah modern, sebab pada dasarnya pengendalian yang efektif atas manusia, bahan, mesin dan uang merupakan aspek yang sangat penting demi kelangsungan hidup perusahaan. Sejalan dengan perkembangan suatu perusahaan maka untuk menghadapi faktor-faktor tersebut haruslah dipertimbangkan suatu sistem pengendalian yang dapat menunjang seluruh aktivitas produksi sehingga dapat mencapai semua tujuan perusahaan

METODE PENELITIAN
Objek Penelitian PT. X dirintis sejak tahun 1974 dalam bentuk home industry. Atas kegigihan pemilik, yaitu Bapak T. Tjahyadi, dalm waktu kurang lebih 20 tahun, perusahaan berkembang menjadi sebuah perusahaan industri manufaktur dan pemasaran garmen terkemuka di Indonesia. Ada beberapa unit produksi yang tersebar di beberapa tempat, namun lokasi utamanya berada di Jalan Krawang, Bandung. Perusahaan ini sudah memulai usahanya dengan melakukan ekspor pada tahun 1980, yaitu Amerika Serikat dan Jepang. Sejak tahun 1988, karena permintaan bertambah, maka perusahaan mengekspor sebagian besar produksinya ke Timur Tengah dan Rusia. Kegiatan ekspor ini berjalan lancar sehingga PT. X menjadi eksportir garmen terkemuka di Indonesia. Pada tahun 1998, prerusahaan merintis kerjasama dengan mengambil lisensi dari salah satu perusahaan garmen terkemuka di Italia. Dan direncanakan produk dengan merk yang cukup terkenal ini akan dibuat dan dipasarkan di Indonesia tahun 1999.

HASIL DAN PEMBAHASAN
·         PT. X mencakup pembahasan yang berhubungan dengan siklus pembelian, yaitu prosedur permintaan atas pembelian bahan baku, prosedur pembelian bahan baku,
PT. X. Pembahasan ini meliputi prosedur pengendalian yang mencakup beberapa hal berikut ini:
1. Otorisasi yang memadai atas transaksi dan aktivitas
2. Pemisahan fungsi yang memadai
 3. Rancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai
4. Pengendalian atas akses serta penggunaan aktiva dan catatan
 5. Pemeriksaan independent atas kinerja Pembahasan ini bertujuan untuk menilai apakah aktivitas pengendalian yang diterapkan dalam siklus pembelian pada PT. X saat ini telah memadai, sehingga dapat menunjang tercapainya kegiatan pembelian secara efektif  untuk mencapai penyerahan yang tepat waktu.

·         Pembahasan Atas Prosedur Permintaan Pembelian Bahan Baku Pada PT. X kegiatan permintaan pembelian bahan baku berawal dari bagian PPIC. Pengendalian dalam prosedur permintaan bahan baku ini bertujuan untuk memastikan bahwa bahan baku yang diminta adalah bahan baku yang benar-benar dibutuhkan untuk proses produksi dan tepat dalam jumlah yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Keputusan utama yang harus diambil oleh bagian PPIC adalah untuk mengidentifikasi apa, kapan, dan berapa banyak bahan baku yang harus dibeli.
·         Pembahasan Atas Prosedur Penerimaan dan Retur Bahan Baku Pengendalian dalam prosedur penerimaan bahan baku bertujuan untuk menjamin bahan baku yang diterima merupakan bahan baku yang dipesan oleh perusahaan. Bahan baku tersebut dikirim oleh pemasok dengan tepat jenis, jumlah, kualitas, dan waktu pengirimannya

NAMA : AIDA FITTRIA
KELAS : 2KA12
NPM : 10114630
LINK JURNAL                        :