Jurnal-I
Analisa Jurnal : Perancangan Confoguration Management Database Perusahaan Untuk Meningkatkan Kinerja Layanan Teknologi Informasi PT. Northstar Pasific Capital
Analisa Jurnal : Perancangan Confoguration Management Database Perusahaan Untuk Meningkatkan Kinerja Layanan Teknologi Informasi PT. Northstar Pasific Capital
Pendahuluan
Penelitian
mengenai CMDB telah dilakukan di berbagai negara-negara termasuk Indonesia
diantaranya :
- Sharifi yang membahas implentasi CMDB berbasis ITIL di suatu organisasi untuk meminimalkan jurang-jurang kualitas. Dengan menggunakan metode IT Service Management dengan model uji/hitung/ukur yang meliputi S.Q.G dan CMDB.
- Gupta membahas tentang otomatisasi ITSM incident management process. Dengan menggunakan metode configuration Management Database dengan uji/hitug/ukur meliputi efisiensi hubungan antara configuration items.
- Hochstein yang membahas tentang ITIL sebagai “Common Practice Reference Model” untuk IT service Management yang meliputi “formal Assaessment” dan implikasinya dalam cara praktis. Dengan menggunakan metode Information Technology Infrastructure Libary.
- Nabiollahi yang membahas tentang strategi layanan di dalam ITIL V3 sebagai framework untuk framework untuk IT Governance. Dengan menggunakan metode ITIL Servic Strategy, dan lain-lain.
Dapat di simpulkan bahwa
setiap penelitian dari peneliti-peneliti diatas membahas tentang perkembangan
teknologi terhadap penerapan CMDB (Configuration Management Database) yang
berbasis ITIL. Yang dilakukan peneliti diatas dengan metode yang berbeda-beda
untung mencapai tujuan tertentu yang dapat memajukan atau mengembangkat IT.
Pada jurnal yang saya
analisis ini, penelitiannya melakukan perancangan configuration management
database pada PT. Northstar PASIFIC Capital dimana tujuannya adalah agar
tercipta tata kelola layanan teknologi informasi yang baik khususnya pada
Configuration Management database sebagai reseptory yang mencatat segala hal
dari organisasi yang berhubungan dengan TI agar dapat memberikan layanan
optimal bagi para pengguna.
Landasan
Teori
Framework
Framework untuk tata kelola
teknologi informasi yang terbanyak digunaakan saat ini adalah ISO 2700, ITIL
dan COBIT. Kriteria framework yang tepat untuk PT. Northstar Pasific Capital
adalah :
a.
Framework
harus merupakan best practice yang telah diakui secara luas.
b.
Framework
tersebut harus dapat memetakan manajemen layanan
c.
Harus
mengatur Konsep dan proses
d.
Berorientasi
pada aktifitas
e.
Memiliki
proses dokumentasi konfigurasi mulai dari baseline hingga pengkiniannya.
f.
Memiliki
proses menghubungkan entitas satu dengan yang lainnya.
Configuration Management Database (CMDB)
Merupakan
Suatu penerapan database yang berisi data-data relevan dan detail-detail dari
element-element dari suatu perusahaan yang digunakan dalam mengatur IT Service.
Menurut OGC, definisi CMDB adalah sebuah basis data yang digunakan untuk
merekam seluruh siklus. Configuration Management System
mengelola
satu atau lebih CMDB dan masing masing CMDB menyimpan atribut-atribut
configuration items serta hubungannya dengan CI lainnya.
Configuration Items (CI)
CI
adalah representasi dari entitas yang ada didalam CMDB. Menurut O’Donnel, CI
adalah sebuah software model berisi atribut-atribut dari entitas-entitas yang
diwakilinya.
Identifikasi Konfigurasi
Berdasarkan
OGC, beberapa hal yang penting ketika merencanakan identifikasi dari
konfigurasi adalah :
a.
Mendefinisikan
bagaimana class dan tipe asset (informasi-informasi, seperti layanan TI,
hardware, software, gedung, orang, dokumen), configuration item/CI yang perlu
dipilih dan diklasifikasikan.
b.
Mendefinisikan
pendekatan untuk mengidentifikasi. Penamaan dan pelabelan yang unik dari setiap
aset atau komponen layanan.
c.
Mendefinisikan
tugas dan tanggung jawab dari pihak yang mengelola konfigurasi.
Dengan
melakukan identifikasi dari konfigurasi maka diharapkan dapat meningkatkan
efektifitas dan efisiensi dari pengelolaan CMDB.
Rancangan
Penelitian
Best
practice dapat di jadikan titik acuan pada perkembang TI. Yang paling efektif
best practice harus diterapkan dalam konteks bisnis, dengan framework yang
dapat digunakan untuk memberikan keuntungan pda organisasi. Manfaat best
praactice :
- Meningkatkan respon, kualitas dan keandalan solusi dan layanan TI.
- Meningkatkan keterjangkauan, prediktabilitas dan pengulangan hasil bisnis yang sukses.
- Memperoleh kepercayaan dan meningkatkan keterlibatan pemilik proses bisnis dan pengguna.
- Mengurangi resiko, insiden dan kegagalan.
- Meningkatkan kemampuan bisnis untuk memantau realisasi manfaat TI
Pada tahap discovery
dilakukan pengumpulan atribut-atribut dari CI. Discovery memiliki metode yaitu
network scan dan windows domain scan. Untuk memilih piranti discovery adalah
dengan melakukan query terhadap atribut-atribut CI. Piranti terintigrasi
memiliki hubungan yang terkait dengan aplikasi-aplikasi yang terikat dengan
CMDB seperti incident management dan change management.
Tahap selanjutnya yaitu
pemetaan keterhubungan, digunakan untuk dapat mengetahui pengaruh dari setiap
konfigurasi ke konfigurasi lain maupun ke layanan. Tahap yang selanjutnya,
meninjau antara layanan dan CI yang telah dilakukan pada tahap awal yang
menjelaskan tentang pemetaan dari bisnis proses yang dimiliki oleh PT.
Northstar Pasific Capital.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian untuk
perancangan menggunakan metode survei dengan cara menyebarkan kuesioner.
Variabel yang diukur dalam kuesioner ini adalah :
1.
Persepsi terhadap prosedur-prosedur pada tahapan perancangan CMDB
(X)
2.
Persepsi terhadap peningkatan kinerja layanan TI di PT.Nourtstar
Pasific Capital (Y).
Dalam penelian kuesioner yang kedua digunakan
metode chi-square dengan melakukan uji hipotesis. Hipotesisnya yaitu “ada
hubungan positif dan signifikan antara CMDB desain prosedure dengan kinerja TI
peningkatan pelayanan di PT. Northstar Pasific Capital” yang dilakukan dengan
metode Product Moment Pearson. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan rumus
korelasi adalah 00,37. Hal ini ada hubungan positif antara prosedur desain CMDB
dengan peningkatan kinerja dalam teknologi informasi layanan PT. Northstar
Pasific Capital. Dalam korelasi signifikan dihasikan t sebesar 2,24, Dengan
nilai t tabel pada 2,04. Maka dapat dinyatakan bahwa korelasi antara prosedur
desain CMDB dan peningkatan kinerja di bidang teknologi informasi layanan di
PT. Northstar Pasific Capital adalah signifikan.
Kesimpulan
Kesimpulan yang di dapatkan pada penelitian ini
terdapat persepsi mengenai hubungan yang positif dan signifikan antara prosedur
perancangan CMDB dengan peningkatan kinerja layanan TI, sehingga dapat menjadi
langkah awal menuju implementasi CMDB di PT. Northstar Pasific Capital.
Nama : Eva Dwi Permatasari
Kelas : 2KA12
NPM : 13114677
Sumber : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=139354&val=5701Jurnal-II
Judul : Audit Pengelolaan Layanan Tek. Inf.
berdasarkan ITIL pada IT Marketing dan Trading PT. Pertamina
Pada jaman sekarang ini Teknologi
Informasi (IT) sangat dibutuhkan pada sebagian besar organisasi ataupun
perusahaan. Maka, layanan TI ini menjadi faktor penting untuk penggunanya
khususnya harapan dan kepuasan pengguna layanan ini. Oleh karena ini diperlkan
pengelolaan layanan TI yang baik yang disebut Information Technology Service
Management (ITSM).
Salah satu BUMN yang menggunakan layanan
ini adalah PT. Pertamina, yang bergerak dalam bidang penambangan minyak dan gas
bumi di Indonesia dan manca negara. Dalam upaya membangun pengelolaan IT yang
berorientasi pada layanan dan terintegrasi, maka PT. Pertamina melakukan
perubahan dalam pengelolaan ICT (Information and Communication Technology)
menjadi sebuah konsep CSS (Corporate Shared Service). Dengan dibentuknya CSS,
diharapkan dapat memberikan layanan terbaik bagi pelanggan PT. Pertamina.
Hasil survey tersebut menunjukkan bahwa
kualitas pengelolaan layanan TI yang dilakukan sudah cukup memadai, namun
diperlukan upaya antisipasi untuk mencegah terjadinya kondisi yang lebih buruk
melalui tindakan perbaikan agar kesenjangan layanan yang terjadi lebih rendah.
Untuk mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya kesenjangan layanan antara
kenyataan dengan harapay pengguna layanan IT di PT. Pertamina, maka dibutuhkan
audit pengelolaan layanan IT berdasarkan salah satu Best Practice ITSM, yaitu
Information Technology Infrastructure Library (ITIL).
Audit adalah pemeriksaan sistematis terhadap
catatan-catatan dengan melibatkan analisa, pengujian bukti, dan konfirmasi.
METODE PENELITIAN
----------------------------------
# Tahap Perencanaan Audit
1. Penilaian Resiko Audit
Pada proses ini dilakukan dengan menentukan kategori tingkat kesenjangan dari 20 layanan CSS yang terdapat di dalam laporan hasil survey. Semakin tinggi nilai kesenjangan layanan, maka semakin besar tingkat resiko dan intensitas pemeriksaan yang harus dilakukan oleh auditor.
Pada proses ini dilakukan dengan menentukan kategori tingkat kesenjangan dari 20 layanan CSS yang terdapat di dalam laporan hasil survey. Semakin tinggi nilai kesenjangan layanan, maka semakin besar tingkat resiko dan intensitas pemeriksaan yang harus dilakukan oleh auditor.
2. Penentuan Ruang Lingkup Audit
Dengan cara memilih layanan yang hanya terdapat di area kerja IT PT.Pertamina. Layanan-layanan tersebut dibagi menjadi beberapa layanan, yaitu layanan berbasis ERP / Non ERP dan layanan teknologi informasi.
Dengan cara memilih layanan yang hanya terdapat di area kerja IT PT.Pertamina. Layanan-layanan tersebut dibagi menjadi beberapa layanan, yaitu layanan berbasis ERP / Non ERP dan layanan teknologi informasi.
3. Penyusunan Rencana Kerja Audit
Rencana kerja ini berupa jadwal
kerja yang berisi uraian kegiatan serta estimasi waktu yang diperlukan selama
pelaksanaan audit. Mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, hingga
tahap pelaporan.
4. Perancangan Program Audit
Program ini dirancang dan dikembangkan secara fleksibel berdasarkan pemetaan layanan - layanan TI PT.Pertamina terhadap ruang lingkup ITIL Service Operation.
Program ini dirancang dan dikembangkan secara fleksibel berdasarkan pemetaan layanan - layanan TI PT.Pertamina terhadap ruang lingkup ITIL Service Operation.
# Tahap Pelaksanaan Audit
1. Pemeriksaan Data / Bukti Pendukung
Audit
Dilakukan dengan cara mengkaji ulang prosedur yang terkait dengan pengelolaan layanan serta melakukan interview, observasi, dan wawancara kepada pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan aktivitas.
Dilakukan dengan cara mengkaji ulang prosedur yang terkait dengan pengelolaan layanan serta melakukan interview, observasi, dan wawancara kepada pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan aktivitas.
2. Pengawasan Data / Bukti Pendukung
Audit
Melaporkan hasil pemeriksaan kepada auditor senior. Hal ini bertujuan agar dilakukan pemeriksaan ulang terkait kelengkapan, obyektivotas, dan waktu dari data/bukti pendukung audit.
Melaporkan hasil pemeriksaan kepada auditor senior. Hal ini bertujuan agar dilakukan pemeriksaan ulang terkait kelengkapan, obyektivotas, dan waktu dari data/bukti pendukung audit.
# Tahap Pelaporan Audit
Selanjutnya menyusun laporan audit pengelolaan layanan
TI sebagai bentuk pertanggungjawaban atas penugasan audit yang telah
dilaksanakan. Ini bertujuan untuk menghilangkan ketidaktepatan pengungkapan
temuan selama proses pemeriksaan dan membentuk kesepahaman opine antara auditor
dengan auditee.
HASIL DAN PEMBAHASAN
-----------------------------------------
# Tahap Perencanaan Audit
1. Penilaian Resiko Audit
Dilakukan dengan
melakukan survey kepada pihak IT PT. Pertamina Marketing Operation. Dari hasil
survei yang telah dilakukan, diperoleh laporab akhir hasil survey layanan CSS
mengenai kualitas layanan diberbagai unit kerja dan anak perusahaan PT.
Pertamina.
2. Penentuan Ruang Lingkup Audit
Hasil dari proses penentuan ruang lingkup audit berupa 9 layanan yang terdapat di area kerja PT. Pertamina.
3. Penyusunan Rencana Kerja Audit
Hasil dari proses ini adalah tabel rencana kerja audit yang berisi informasi kegiatan audit dan estimasi waktu yang diperlukan selama kegiatan audit berlangsung.
4. Perancangan Program Audit
Berdasarkan hasil pada tahap penentuan ruang lingkup audit yaitu 9 layanan yang menjadi obyek audit pada sebelumnya, dipetakan berdasarkan ruang lingkup ITIL Service Operation yang relevan untuk menghasilkan rancangan program audit pengelolaan layanan teknologi informasi.
# Tahap Pelaksanaan Audit
1. Pemeriksaan Data / Bukti Pendukung Audit
Hasil dari proses pemeriksaan dara pendukung audit adalah bukti-bukti audit yang telah didapatkan dari pihak auditee berupa dokumen kebijakan/prosedur, catatan review/laporan analisa baik dalam bentuk file/softcopy.
2. Pengawasan Data / Bukti Pendukung Audit
Pengawasan dilakukan oleh auditor senior dengan melakukan pemeriksaan ulang terhadap hasil pemeriksaan data.bukti pendukung audit yang telah dilakukan oleh auditor. Pemeriksaan ulang bertujuan untuk mengidentifikasi dan memastikan kelengkapan bukti sebelum dilakukan penyusunan temuan.
2. Penentuan Ruang Lingkup Audit
Hasil dari proses penentuan ruang lingkup audit berupa 9 layanan yang terdapat di area kerja PT. Pertamina.
3. Penyusunan Rencana Kerja Audit
Hasil dari proses ini adalah tabel rencana kerja audit yang berisi informasi kegiatan audit dan estimasi waktu yang diperlukan selama kegiatan audit berlangsung.
4. Perancangan Program Audit
Berdasarkan hasil pada tahap penentuan ruang lingkup audit yaitu 9 layanan yang menjadi obyek audit pada sebelumnya, dipetakan berdasarkan ruang lingkup ITIL Service Operation yang relevan untuk menghasilkan rancangan program audit pengelolaan layanan teknologi informasi.
# Tahap Pelaksanaan Audit
1. Pemeriksaan Data / Bukti Pendukung Audit
Hasil dari proses pemeriksaan dara pendukung audit adalah bukti-bukti audit yang telah didapatkan dari pihak auditee berupa dokumen kebijakan/prosedur, catatan review/laporan analisa baik dalam bentuk file/softcopy.
2. Pengawasan Data / Bukti Pendukung Audit
Pengawasan dilakukan oleh auditor senior dengan melakukan pemeriksaan ulang terhadap hasil pemeriksaan data.bukti pendukung audit yang telah dilakukan oleh auditor. Pemeriksaan ulang bertujuan untuk mengidentifikasi dan memastikan kelengkapan bukti sebelum dilakukan penyusunan temuan.
# Tahap Pelaporan Audit
Laporan audit berisi temuan dan rekomendasi perbaikan terkait pengelolaan layanan TI berdasarkan ruang lingkup ITIL Service Operation.
Jadi kesimpulannya, dari hasil audit pengelolaan layanan teknolohi informasi yang telah dilakukan, kebijakan atau prosedur terkait proses pengelolaan layanan TI PT. Pertamina telah tersedia, terdokumentasi dan terkelola dengan baik. Dan pelaksanaan audit belum dapat mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya kesenjangan layanan. Diharapkan untuk pengembangan selanjutkan dapat dilakukan pengkajian ulang terhadap kinerja pengelolaan layanan TI.
Oleh : Alfiyani Nikmaturrofiqoh
Jurnal III
Analisa
Jurnal : Peranan
Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Pengendalian Intern Aktivitas Pembelian
Bahan Baku Guna Mencapai Penyerahan Bahan Baku yang Tepat Waktu
Pendahuluan
Menurut
Hansen dan Mowen (2005:477), “Manufaktur JIT (just in time) adalah suatu sistem
berdasarkan tarikan permintaan yang membutuhkan barang untuk ditarik melalui
sistem oleh permintaan yang ada, bukan didorong ke dalam sistem pada waktu tertentu
berdasarkan permintaan ssyang diantisipasi.”
Dengan sistem JIT,
bahan baku dapat tiba tepat waktu ketika dibutuhkan sehingga produksi dapat
berjalan lancar, dan permintaan pembelian dapat dipenuhi. Pembelian JIT (JIT
purchasing) memberikan syarat para pemasok untuk mengirimkan bahan baku
tepat pada waktunya untuk kelancaran proses produksi. Sistem JIT antar
departemen di dalam perusahaan dapat tercapai dengan baik apabila terdapat
suatu sistem pengendalian yang efektif. Sistem adalah unsur yang saling terkait
dalam suatu antar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan.
Pengendalian terencana dari suatu aktivitas adalah suatu karakteristik
dasar dari industri yang sudah modern, sebab pada dasarnya pengendalian yang
efektif atas manusia, bahan, mesin dan uang merupakan aspek yang sangat penting
demi kelangsungan hidup perusahaan. Sejalan dengan perkembangan suatu
perusahaan maka untuk menghadapi faktor-faktor tersebut haruslah
dipertimbangkan suatu sistem pengendalian yang dapat menunjang seluruh
aktivitas produksi sehingga dapat mencapai semua tujuan perusahaan
METODE PENELITIAN
Objek
Penelitian PT. X dirintis sejak tahun 1974 dalam bentuk home industry. Atas
kegigihan pemilik, yaitu Bapak T. Tjahyadi, dalm waktu kurang lebih 20 tahun,
perusahaan berkembang menjadi sebuah perusahaan industri manufaktur dan
pemasaran garmen terkemuka di Indonesia. Ada beberapa unit produksi yang
tersebar di beberapa tempat, namun lokasi utamanya berada di Jalan Krawang,
Bandung. Perusahaan ini sudah memulai usahanya dengan melakukan ekspor pada
tahun 1980, yaitu Amerika Serikat dan Jepang. Sejak tahun 1988, karena
permintaan bertambah, maka perusahaan mengekspor sebagian besar produksinya ke
Timur Tengah dan Rusia. Kegiatan ekspor ini berjalan lancar sehingga PT. X
menjadi eksportir garmen terkemuka di Indonesia. Pada tahun 1998, prerusahaan
merintis kerjasama dengan mengambil lisensi dari salah satu perusahaan garmen
terkemuka di Italia. Dan direncanakan produk dengan merk yang cukup terkenal
ini akan dibuat dan dipasarkan di Indonesia tahun 1999.
HASIL DAN PEMBAHASAN
· PT. X mencakup pembahasan yang
berhubungan dengan siklus pembelian, yaitu prosedur permintaan atas pembelian
bahan baku, prosedur pembelian bahan baku,
PT. X. Pembahasan ini
meliputi prosedur pengendalian yang mencakup beberapa hal berikut ini:
1. Otorisasi yang
memadai atas transaksi dan aktivitas
2. Pemisahan fungsi
yang memadai
3. Rancangan dan
penggunaan dokumen dan catatan yang memadai
4. Pengendalian atas
akses serta penggunaan aktiva dan catatan
5. Pemeriksaan
independent atas kinerja Pembahasan ini bertujuan untuk menilai apakah
aktivitas pengendalian yang diterapkan dalam siklus pembelian pada PT. X saat
ini telah memadai, sehingga dapat menunjang tercapainya kegiatan pembelian
secara efektif untuk mencapai penyerahan yang tepat waktu.
· Pembahasan Atas Prosedur
Permintaan Pembelian Bahan Baku Pada PT. X kegiatan permintaan pembelian bahan
baku berawal dari bagian PPIC. Pengendalian dalam prosedur permintaan bahan baku
ini bertujuan untuk memastikan bahwa bahan baku yang diminta adalah bahan baku
yang benar-benar dibutuhkan untuk proses produksi dan tepat dalam jumlah yang
sesuai dengan yang dibutuhkan. Keputusan utama yang harus diambil oleh bagian
PPIC adalah untuk mengidentifikasi apa, kapan, dan berapa banyak bahan baku
yang harus dibeli.
· Pembahasan Atas Prosedur
Penerimaan dan Retur Bahan Baku Pengendalian dalam prosedur penerimaan bahan
baku bertujuan untuk menjamin bahan baku yang diterima merupakan bahan baku
yang dipesan oleh perusahaan. Bahan baku tersebut dikirim oleh pemasok dengan tepat
jenis, jumlah, kualitas, dan waktu pengirimannya
NAMA : AIDA FITTRIA
KELAS : 2KA12
NPM : 10114630
LINK
JURNAL
: